LATAR BELAKANG

Wilayah perkotaan sering kali dilupakan dalam kajian keanekaragaman hayati. Kajian ini umumnya mengambil lokasi di tempat-tempat terpencil, yang jauh dari aktivitas manusia, seperti hutan, gunung, pantai dan lautan yang jauh dari proses antropogenik. Hal ini sangat wajar mengingat lokasi-lokasi yang masih alami ekosistemnya memiliki keanekaragaman hayati jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi-lokasi yang telah dipengaruhi oleh aktifitas manusi. Sebagai ilustrasi, untuk menemukan bakteri pendegradasi limbah di suatu kota, alih-alih memfokuskan penelitian di saluran limbah perkotaan, para peneliti malah memilih mencarinya di dalam hutan, di rawa-rawa dan di lingkungan yang masih alami lainnya.

 

Faktanya, kota (permukiman) adalah lokasi dimana umat manusia terkonsentrasi sehingga segala macam sumber daya alam hayati mengalir dan berakhir di dalamnya. Hutan dibabat habis untuk perkebunan sawit, rawa-rawa dikeringkan untuk lahan pertanian, ikan dan sumber daya laut lainnya dikeruk hingga sampai titik kritis, semuanya untuk memenuhi hasrat hidup perkotaan. Telah banyak kajian keanekaragaman hayati dilakukan di alam liar, baik untuk mengidentifikasi keanekaragamannya, menyusun upaya perlindungan maupun upaya pemanfaatannya secara berkelanjutan (lestari). Namun, wilayah perkotaan seringkali luput dari kajian tersebut. Tujuan utama seminar nasional ini adalah untuk mengungkapkan upaya-upaya perlindungan, penelitian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di wilayah perkotaan.



TEMA:
Manajemen perlindungan, penelitian dan pemanfaatan keanekaragaman  hayati di wilayah perkotaan


TEMPAT DAN WAKTU:

Gedung Pertemuan Lt. III (Aula), Kampus Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sabtu, 12 September 2015
Pukul: 08.00-16.00 WIB